4 Cara yang mendukung Sukses saat Interview Kerja

Tiap bos di perusahaan mana pun di muka bumi ini pasti ingin mendapatkan karyawan yang loyal, cerdas, dan bisa diatur. Tapi, ketiga hal di atas hampir tidak pernah dibaca saat kita membaca lowongan kerja di koran, bukan?
Sumber dari Kompas Karier Fair di Jakarta, dari puluhan ribu kandidat yang melamar, banyak perusahaan peserta job fair masih sulit menemukan kandidat yang pas dan cocok! Apa yang diinginkan perusahaan?
Masalah yang timbul, nah....ini dia, mayoritas kandidat pelamar hanya mengandalkan nilai akademik, ijazah, sertifikat training dari A-Z komplet, dll. Padahal jika dari pihak perusahaan, untuk bisa bersaing dengan ribuan kandidat yang ada, selain kecerdasan, perusahaan membutuhkan kandidat yang memiliki kemampuan personal dan keahlian membangun relasi pada kesan pertama (kecuali jika kita sudah dikenal).
Bagaimana membuat kesan pertama yang baik dalam wawancara lamaran kerja?
Tentu kita sudah tahu banyak tentang dressing code, body language, cara membuat CV yang tidak akan dibuang oleh HRD (ini penting karena banyak HRD yang tidak akan melihat CV pelamar 2 kali jika tidak ada "jeroan" di CV itu!), dsb.
Ada sedikit tips dari sudut pandang komunikasi dan kesan pertama saat interview kerja -Nilai IPK tinggi dikombinasi dengan 4 poin di bawah.

1. Banyak senyum
Singkat kata: senyum menandakan orang itu sehat. Kita semua suka dengan orang yang tersenyum. Senyum menandakan bahwa kita mudah diajak bergaul dan bisa membangun relasi. Jadi, saat interview kerja, senyumlah saat bicara. Senyum adalah aset Anda untuk perusahaan.

2. Jangan membisu
Jika pewawancara mengajak kita berbicara, jangan diam saja seperti patung Mc.D. Walaupun tidak ditanya, berikan umpan balik verbal sekadarnya. Anggukkan kepala, atau bisa katakan, "Iya, saya mengerti", "Betul", "Nah itu dia", atau apa pun yang selaras situasinya. Jangan terlalu banyak diam.

3. Pasang wajah yang antusias dan sadar lingkungan
Tunjukkan kepada pewawancara bahwa kita adalah orang yang cermat dan sadar. Cerita konglomerat nomor 2 Taiwan (versi Forbes 2008) yang bernama Wang Yongqing. Wang muda ketika interview kerja, dan saat dia masuk ke ruangan interview dia mendapati sebuah sapu tergeletak di dekat pintu. Wang lalu memungut dan mendirikan sapunya. Dari puluhan pelamar, hanya Wang yang memungut sapu itu dan hasilnya, hanya dia yang diterima perusahaan. Dalam biografinya, salah satu faktor dia bisa menjadi orang terkaya nomor 178 dunia adalah karena dia cermat dengan lingkungannya. Milikilah mata setajam elang yang awas dengan lingkungannya, kata Wang. Contoh lain, jika pewawancara tidak melihat ke arah pintu di ruangan interview dan Anda melihat ada seorang di pintu yang tampak ingin masuk dan mencari pewawancara, segera panggil pewawancara tsb, "Pak, ada yang mencari Bpk di pintu". 10 tahun lalu saya pernah interview dengan seorang pewawancara yang merokok di ruangannya. Ketika dia merokok sambil membaca, saya melihat (dia tidak melihat) abu rokoknya yang mulai memanjang dan siap jatuh mengotori mejanya. Kita sudah tahu kan kelanjutannya? Ingatkan dia dan jadilah seorang yang cermat dengan lingkungan kita. Tapi, jangan ingatkan dia jangan merokok karena Anda kan bukan dokternya hehehe...

4. Tataplah wajah pewawancara
Tiap orang suka diperhatikan saat siapa pun bicara pada interview kerja. Tapi, selingilah sekali-kali dengan melihat ke arah lain supaya pewawancara juga nyaman. Jika HP Anda berbunyi, cukup katakan permisi (excuse me) untuk mengangkat telepon dan bilang ke penelepon bahwa Anda akan menelepon balik, lalu klik, tutup telepon kita. Kita belum menjadi karyawan mereka, jadi tidak ada alasan tidak boleh mengangkat telepon.

Oh ya, mengenai permisi (excuse me) atau maaf (sorry), cukup banyak yang rancu. Banyak orang-orang penting seperti direktur yang mengadakan interview dengan kita dan mereka butuh orang-orang yang cakap dalam bekerja dan lebih suka kandidat yang zero-defect. Jika dalam kesan pertama kita terlalu mengumbar maaf TIDAK PADA TEMPATNYA, kita dianggap sembrono dan suka membuat kesalahan. Hal sepele, tapi jika kita berbicara dengan orang-orang penting, faktanya adalah bahwa mereka jarang mengatakan "maaf" tidak pada tempatnya.