Dia minta dipanggil Jennifer saja. Belum setahun perempuan asal La Courneuve, sebuah kawasan di utara Paris berusia 28 tahun ini masuk Islam. tepatnya, ia bersyahadat pada April tahun lalu.
Beberapa tahun yang lalu, katanya, dia tidak akan pernah membayangkan mengambil keputusan semacam ini. Jennifer, yang memilih untuk tetap menggunakan nama itu kendati telah menjadi Muslim, dibesarkan dalam keluarga Kristen KTP. Meskipun tidak pernah dibaptis, dia bilang dia selalu "percaya pada Tuhan" dan "percaya pada kekuatan doa."
Bukan asal bicara kalau soal ini. Pada pernikahan pertama, ia mengalami penganiayaan fisik oleh suaminya. "Doa-doa membantu saya untuk menjadi nyaman. Tidak terlalu banyak, lima menit sebelum tidur meminta Yesus Kristus untuk membantu. Tapi itu membantu untuk memberitahu diri sendiri bahwa ada pihak lain -- yaitu Tuhan -- yang bisa membantu," jelasnya.
Pun ketika akhirnya ia memutuskan bercerai, hidupnya tak kunjung tenang. Masalah tempat tinggal, seorang anak yang harus dihidupinya, dan kontrak kerja yang sementara selalu membayangi, di samping mantan suami yang terus merongrong. "Saya berpikir, tidak bisa melanjutkan hidup saya," katanya.
Kemudian, suatu malam di klub malam, ia bertemu dengan pria imigran asal Senegal. "Saya tidak pernah berpikir saya akan menikah seorang Muslim. Mereka adalah jenis pria yang gemar memukuli istrinya. Tapi belakangan saya sadar, prasangka saya itu jahat sekali."
Malam itu, pria Senegal itu tampak aneh di matanya. Ia tak minum, dan datang ke klab malam hanya untuk main poker. Mereka pun berteman sejak saat itu.
Dalam kesehariannya, pria itu tampak normal, katanya. "Hanya satu yang membedakan dengan yang lain, dia tak minum dan tak makan daging babi," katanya.
Meski sesekali berbicara tentang agama, dia tak pernah meminta Jennifer pindah agama. Namun satu candaannya, sangat membekas di hati Jennifer. "Suatu saat dia melihat saya berdoa, dan setelah saya selesai, dia bercanda, 'aku harap tadi kau tak sedang berdoa pada Yesus'."
Entah mengapa, ia tergelitik untuk mencari tahu tentang Islam melalui internet. Jennifer menemukan bahwa Muslim percaya kepada Yesus, tapi sebagai nabi. "Sementara dalam Alkitab, saya menemukan perbedaan antara Yesus dan Allah tampak ambigu. Islam seperti agama yang paling masuk akal pada tataran moral dan praktis," tambahnya.
Ia makin rajin mempelajari Islam. Hingga akhirnya pada bulan April, ia memiliki keberanian untuk bersyahadat, menafikan apa kata keluarga dan teman-temannya kemudian.
"Saya menjadi Muslim secara online, melalui sebuah website," ujarnya. Merasa tak puas dengan cara itu, "Akhirnya saya mendatangi masjid, dan di sana saya kembali bersyahadat."
Apa yang dirasakannya setelah menjadi Muslim? "Saya merasa sendirian," ujarnya tergelak. Maklum saja, ia belajar Islam dari internet dan buku-buku. Namun, kini ia memiliki banyak teman baru di Union des Organisations Islamiques de France (Union of Islamic Organisations of France).
Kini, Jennifer mengaku tengah belajar membaca Alquran. Sesekali, dia tampil berjilbab. ia lebih sering mengenakan pashmina untuk menutupi dada dan rambutnya. "Saya melihat gadis-gadis dengan jilbab mereka dan saya pikir mereka tampak seperti putri. Benar-benar indah," katanya.
Sumber: republika
Beberapa tahun yang lalu, katanya, dia tidak akan pernah membayangkan mengambil keputusan semacam ini. Jennifer, yang memilih untuk tetap menggunakan nama itu kendati telah menjadi Muslim, dibesarkan dalam keluarga Kristen KTP. Meskipun tidak pernah dibaptis, dia bilang dia selalu "percaya pada Tuhan" dan "percaya pada kekuatan doa."
Bukan asal bicara kalau soal ini. Pada pernikahan pertama, ia mengalami penganiayaan fisik oleh suaminya. "Doa-doa membantu saya untuk menjadi nyaman. Tidak terlalu banyak, lima menit sebelum tidur meminta Yesus Kristus untuk membantu. Tapi itu membantu untuk memberitahu diri sendiri bahwa ada pihak lain -- yaitu Tuhan -- yang bisa membantu," jelasnya.
Pun ketika akhirnya ia memutuskan bercerai, hidupnya tak kunjung tenang. Masalah tempat tinggal, seorang anak yang harus dihidupinya, dan kontrak kerja yang sementara selalu membayangi, di samping mantan suami yang terus merongrong. "Saya berpikir, tidak bisa melanjutkan hidup saya," katanya.
Kemudian, suatu malam di klub malam, ia bertemu dengan pria imigran asal Senegal. "Saya tidak pernah berpikir saya akan menikah seorang Muslim. Mereka adalah jenis pria yang gemar memukuli istrinya. Tapi belakangan saya sadar, prasangka saya itu jahat sekali."
Malam itu, pria Senegal itu tampak aneh di matanya. Ia tak minum, dan datang ke klab malam hanya untuk main poker. Mereka pun berteman sejak saat itu.
Dalam kesehariannya, pria itu tampak normal, katanya. "Hanya satu yang membedakan dengan yang lain, dia tak minum dan tak makan daging babi," katanya.
Meski sesekali berbicara tentang agama, dia tak pernah meminta Jennifer pindah agama. Namun satu candaannya, sangat membekas di hati Jennifer. "Suatu saat dia melihat saya berdoa, dan setelah saya selesai, dia bercanda, 'aku harap tadi kau tak sedang berdoa pada Yesus'."
Entah mengapa, ia tergelitik untuk mencari tahu tentang Islam melalui internet. Jennifer menemukan bahwa Muslim percaya kepada Yesus, tapi sebagai nabi. "Sementara dalam Alkitab, saya menemukan perbedaan antara Yesus dan Allah tampak ambigu. Islam seperti agama yang paling masuk akal pada tataran moral dan praktis," tambahnya.
Ia makin rajin mempelajari Islam. Hingga akhirnya pada bulan April, ia memiliki keberanian untuk bersyahadat, menafikan apa kata keluarga dan teman-temannya kemudian.
"Saya menjadi Muslim secara online, melalui sebuah website," ujarnya. Merasa tak puas dengan cara itu, "Akhirnya saya mendatangi masjid, dan di sana saya kembali bersyahadat."
Apa yang dirasakannya setelah menjadi Muslim? "Saya merasa sendirian," ujarnya tergelak. Maklum saja, ia belajar Islam dari internet dan buku-buku. Namun, kini ia memiliki banyak teman baru di Union des Organisations Islamiques de France (Union of Islamic Organisations of France).
Kini, Jennifer mengaku tengah belajar membaca Alquran. Sesekali, dia tampil berjilbab. ia lebih sering mengenakan pashmina untuk menutupi dada dan rambutnya. "Saya melihat gadis-gadis dengan jilbab mereka dan saya pikir mereka tampak seperti putri. Benar-benar indah," katanya.
Sumber: republika
0 Komentar untuk "Kisah Nyata: Demi menjadi Muslim, Dua Kali Jennifer Membaca Syahadat"
Note: Only a member of this blog may post a comment.