Hubungan heteroseksual menjadi media penularan AIDS terbanyak, yakni sebesar 51,3 persen diiringi semakin banyak perempuan yang rentan terhadap penyakit tersebut dan ini terjadi akibat ketimpangan gender. "Kerentanan perempuan terhadap HIV/AIDS ini lebih banyak disebabkan adanya ketimpangan gender yang berdampak pada ketidakmampuan perempuan mengontrol perilaku seksual suami serta kurangnya akses pelayanan pengobatan HIV/AIDS," kata Triono Soendoro di Jakarta.
Penularan terbesar adalah melalui hubungan heteroseksual (51,3 %), pengguna narkoba suntik (39,6 %), lelaki seks lelaki (3,1) persen dan perinatal atau penularan dari ibu pengidap kepada bayinya (2,6 %).
Sumber: tvOne
Pernyataan staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Perlindungan Faktor Resiko Kesehatan itu disampaikan dalam dialog interaktif "Gender dan HIV/AIDS" di gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta. Triono menyebut ketimpangan gender itu telah membuat posisi tawar perempuan sangat rendah dalam pengambilan keputusan termasuk aspek kesehatan reproduksinya.
Khusus di Indonesia kesetaraan gender masih menjadi masalah. Diperkirakan jumlah perempuan yang terdeteksi virus HIV akan terus meningkat karena penyebab utamanya adalah hubungan heteroseksual termasuk penularan dari suami ke istri mereka. "Stigma masyarakat selama ini menganggap bahwa HIV/AIDS hanya dialami perempuan penjaja seks komersial (PSK) tidak benar karena perempuan yang tidak berperilaku berisiko juga dapat terinfeksi HIV yang ditularkan suami yang suka `jajan`," kata Triono.
Kesetaraan gender dalam keluarga dan masyarakat disebutnya akan dapat mengeliminasi kerentanan perempuan terhadap HIV/AIDS karena dengan demikian perempuan akan dapat membuat keputusan sendiri mengenai aktivitas seksualnya. "Banyak perempuan menjadi rentan karena perilaku beresiko dari orang-orang terdekatnya. Di sinilah pentingnya upaya meningkatkan posisi tawar perempuan sehingga mampu mandiri dalam memutuskan hak-hak reproduksinya," papar Triono.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, hingga 30 September 2010 secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 22.726 kasus yang tersebar di 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota. Kasus terbanyak menimpa kelompok belia dan produktif 20-39 tahun sebanyak 78,8 % dengan rincian usia 20-29 tahun sebanyak 47,8 %, Umur 30-39 tahun sebanyak 30,9 %, umur 40-49 tahun sebanyak 9,1 %
Kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi DKI Jakarta diikuti oleh Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan Riau. Sedangkan secara kumulatif, jumlah penderita terbanyak adalah berada di Provinsi Papua, Bali, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Maluku, Yogyakarta, Bangka Belitung, Papua Barat, Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatera Barat.
Kesetaraan gender dalam keluarga dan masyarakat disebutnya akan dapat mengeliminasi kerentanan perempuan terhadap HIV/AIDS karena dengan demikian perempuan akan dapat membuat keputusan sendiri mengenai aktivitas seksualnya. "Banyak perempuan menjadi rentan karena perilaku beresiko dari orang-orang terdekatnya. Di sinilah pentingnya upaya meningkatkan posisi tawar perempuan sehingga mampu mandiri dalam memutuskan hak-hak reproduksinya," papar Triono.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, hingga 30 September 2010 secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 22.726 kasus yang tersebar di 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota. Kasus terbanyak menimpa kelompok belia dan produktif 20-39 tahun sebanyak 78,8 % dengan rincian usia 20-29 tahun sebanyak 47,8 %, Umur 30-39 tahun sebanyak 30,9 %, umur 40-49 tahun sebanyak 9,1 %
Kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi DKI Jakarta diikuti oleh Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan Riau. Sedangkan secara kumulatif, jumlah penderita terbanyak adalah berada di Provinsi Papua, Bali, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Maluku, Yogyakarta, Bangka Belitung, Papua Barat, Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatera Barat.
Penularan terbesar adalah melalui hubungan heteroseksual (51,3 %), pengguna narkoba suntik (39,6 %), lelaki seks lelaki (3,1) persen dan perinatal atau penularan dari ibu pengidap kepada bayinya (2,6 %).
Sumber: tvOne
0 Komentar untuk "Heteroseksual Penyebab AIDS tertinggi di Indonesia"
Note: Only a member of this blog may post a comment.