Sinetron mulai populer di akhir 80-an, dimana saat itu TVRI sebagai satu-satunya stasiun TV bahkan punya acara unggulan yang diberi nama "Sepekan Sinetron". Puncak sukses TVRI dengan program drama TV salah satunya ditandai dengan keberhasilan mereka mengangkat kisah novel populer seperti "Siti Nurbaya" dan "Sengsara Membawa Nikmat (si Midun) " ke dalam format sinetron.
Kalau di Amerika saat itu terkenal dengan Istilah TV play kemudian diikuti oleh istilah MTV (movie for television). Berbeda dengan soap opera yang ceritanya bersambung, MTV dibuat dengan standar film bioskop tapi khusus untuk tayangan TV. Ada pula istilah miniseri untuk tayangan cerita bersambung tapi hanya beberapa episode atau biasa disebut TV series.
Di kutip dari tabloid bintang adalah seorang Arswendo Atmowiloto, sastrawan dan pengamat pertelevisian paling tajam di masanya yang sekaligus juga pemimpin redaksi tabloid Monitor dan disebut-sebut sebagai pencipta istilah sinetron. Selain menulis kritik yang bagus seputar acara TVRI Arswendo juga banyak terlibat dalam produksi sinetron di TVRI.
Salah satu karyanya yang populer, Jendela Rumah Kita (JRK). Saat JRK tayang sepertinya istilah sinetron belum populer. Saat itu JRK masih disebut sebagai serial, seperti serial Losmen, serial Pondokan, serial Kartika, serial Keluarga Rahmat atau serial Rumah Masa Depan. Judul-judul itu belum disebut sebagai sinetron.
SINETRON atau Sinema Elektronika dibuat menggunakan bahan baku non pita film. Ketika booming telenovela di awal 90-an (saat itu istilah sinetron sudah populer), Arswendo juga mencoba memperkenalkan istilah baru: sinemeks, singkatan dari sinetron Meksiko. Tapi karena kemudian telenoveola yang tayang di sini tak hanya dari Meksiko, juga dari Venezuela, istilah sinemeks kurang pas, mungkin karena itu istilah ini gagal popoler.
Sementara menurut Sutradara Dedi Setiadi (sutradara terbaik di TVRI), istilah sinetron itu berawal dari sebuah artikel di Kompas Minggu yang membahas proses pembuatan film Apocalypse Now karya sutradara Francis Ford Coppola. Saat membuat film itu, meski menggunakan pita seluloid Coppola juga melihat hasil gambar lewat recorder elektronik, tidak di view finder. Dari situlah Pak Sandy Tyas (almarhum, salah satu pembawa acara TVRI yang sangat populer) di acara Apresiasi Film Indonesia menyebut FTV atau drama TV sebagai sinema elaktronika (sinetron).
Dedi Setiadi sepakat istilah sinetron mulai populer bersamaan dengan program Sepekan Sinetron TVRI di akhir 80-an. Dilihat dari kurun waktu pembuatan Apocalypse Now (tahun 1979) dan diputar di Indonesia di awal 80-an memang agak jauh dengan era booming sinetron di akhir 80-an.
Selain Arswendo Atmowiloto, ada nama lain yang di beberapa artikel di internet disebut sebagai penemu istilah sinetron. Di adalah Soemardjono, salah satu pendiri dan pengajar di Isntitut Kesenian Jakarta. Terlepas siapa yang pertama kali mamakai istilah "sinetron" yang jelas saat ini program tayangan televisi bentuk inilah yang jadi andalan di beberapa Televisi swasta walaupun cerita-cerita sinetron sekarang hampir mirip dengan telenovela dan drama korea, tapi semoga muncul sinetron yang 100% khas Indonesia.
Kalau di Amerika saat itu terkenal dengan Istilah TV play kemudian diikuti oleh istilah MTV (movie for television). Berbeda dengan soap opera yang ceritanya bersambung, MTV dibuat dengan standar film bioskop tapi khusus untuk tayangan TV. Ada pula istilah miniseri untuk tayangan cerita bersambung tapi hanya beberapa episode atau biasa disebut TV series.
Di kutip dari tabloid bintang adalah seorang Arswendo Atmowiloto, sastrawan dan pengamat pertelevisian paling tajam di masanya yang sekaligus juga pemimpin redaksi tabloid Monitor dan disebut-sebut sebagai pencipta istilah sinetron. Selain menulis kritik yang bagus seputar acara TVRI Arswendo juga banyak terlibat dalam produksi sinetron di TVRI.
Salah satu karyanya yang populer, Jendela Rumah Kita (JRK). Saat JRK tayang sepertinya istilah sinetron belum populer. Saat itu JRK masih disebut sebagai serial, seperti serial Losmen, serial Pondokan, serial Kartika, serial Keluarga Rahmat atau serial Rumah Masa Depan. Judul-judul itu belum disebut sebagai sinetron.
SINETRON atau Sinema Elektronika dibuat menggunakan bahan baku non pita film. Ketika booming telenovela di awal 90-an (saat itu istilah sinetron sudah populer), Arswendo juga mencoba memperkenalkan istilah baru: sinemeks, singkatan dari sinetron Meksiko. Tapi karena kemudian telenoveola yang tayang di sini tak hanya dari Meksiko, juga dari Venezuela, istilah sinemeks kurang pas, mungkin karena itu istilah ini gagal popoler.
Sementara menurut Sutradara Dedi Setiadi (sutradara terbaik di TVRI), istilah sinetron itu berawal dari sebuah artikel di Kompas Minggu yang membahas proses pembuatan film Apocalypse Now karya sutradara Francis Ford Coppola. Saat membuat film itu, meski menggunakan pita seluloid Coppola juga melihat hasil gambar lewat recorder elektronik, tidak di view finder. Dari situlah Pak Sandy Tyas (almarhum, salah satu pembawa acara TVRI yang sangat populer) di acara Apresiasi Film Indonesia menyebut FTV atau drama TV sebagai sinema elaktronika (sinetron).
Dedi Setiadi sepakat istilah sinetron mulai populer bersamaan dengan program Sepekan Sinetron TVRI di akhir 80-an. Dilihat dari kurun waktu pembuatan Apocalypse Now (tahun 1979) dan diputar di Indonesia di awal 80-an memang agak jauh dengan era booming sinetron di akhir 80-an.
Selain Arswendo Atmowiloto, ada nama lain yang di beberapa artikel di internet disebut sebagai penemu istilah sinetron. Di adalah Soemardjono, salah satu pendiri dan pengajar di Isntitut Kesenian Jakarta. Terlepas siapa yang pertama kali mamakai istilah "sinetron" yang jelas saat ini program tayangan televisi bentuk inilah yang jadi andalan di beberapa Televisi swasta walaupun cerita-cerita sinetron sekarang hampir mirip dengan telenovela dan drama korea, tapi semoga muncul sinetron yang 100% khas Indonesia.
0 Komentar untuk "Sejarah Munculnya Kata Sinetron di Televisi"
Note: Only a member of this blog may post a comment.