Chiang Mai dan Chiang Rai. Dua provinsi tujuan wisata di kawasan pegunungan Thailand Utara ini hampir mirip satu sama lain, seperti mawar kembar dari utara. Wisata alam dan budayanya, sajian kulinernya, produk kerajinannya, bahkan candi-candinya.
Jangan heran, sebab kedua wilayah ini dibangun oleh Raja Mengrai dari Kerajaan Lannathai. Ia meninggalkan banyak candi di kedua provinsi. Dengan kemampuannya berdiplomasi dan sikapnya yang terbuka serta suka berdamai, Mengrai menyatukan kekuatan raja-raja kecil di Thailand Utara. Dari kawasan inilah bangsa Thai mulai terbentuk.
Chiang Rai atau Kota Raja, menjadi ibukota pertama Kerajaan Lannathai. Tahun 1296, Mengrai memindahkan ibukota Lannathai ke Chiang Mai. Chiang Mai berarti Kota Baru. Karena keindahan kotanya, kota Chiang Rai dijuluki Mawar dari Utara. Agar terlindung dari serangan Kerajaan Burma (kini Negara Myanmar), dibangunlah tembok dan parit.
Tetapi pembangunan tembok dan parit yang mengelilingi ibukota itu sia-sia saat Kerajaan Lannathai melemah. Secara bergantian, kerajaan ini dikuasai Kerajaan Burma dan Ayutthaya sebelum akhirnya dikuasai Raja Taksin dari Kerajaan Siam.
Tahun 1980, Chiang Rai dikembangkan menjadi kawasan wisata.Tetapi tanggal 12 Februari lalu, selama lima hari, rombongan Badan Narkotika Nasional (BNN) termasuk sejumlah wartawan, memilih mengunjungi Chiang Rai.
Mereka datang melakukan studi banding mengubah kawasan ladang ganja terbesar di dunia yang berada di Aceh dan Sumatera Utara, menjadi kawasan wisata dan agroindustri.
Itulah yang dilakukan Puteri Sangwan atau Somdej Phra Srinagarindra Boromajajajonani, Ibunda Raja Thailand Bhumibol Adulyadej. Ia mampu mengubah ladang candu di Doi Tung, menjadi kawasan agrowisata dan pusat kerajinan. Doi Tung adalah bagian dari kawasan ladang candu Segitiga Emas di perbatasan Myanmar dan Laos.
Meski Chiang Rai baru dikembangkan sebagai kawasan wisata tahun 2000, tetapi kini pamornya tak kalah bersinar dengan Chiang Mai. Tidak seperti Chiang Mai yang lebih kaya dengan peninggalan masa lampau, saat Chiang Rai dikembangkan menjadi kawasan wisata, sebagian kawasan ini masih miskin dan menjadi ladang candu (opium). Sebagian pegunungan rusak karena praktek ladang candu yang berpindah.
Puteri Sangwan mengawali karyanya di Chiang Rai tahun 1988. Ia mengubah Doi Tung menjadi kawasan perkebunan kopi, kacang macademia, sentra kerajinan keramik, kertas, dan tenun. Ia dijuluki Mae Fah Luang yang artinya ibu suri raja yang turun dari langit. Julukan itu muncul karena saat mengunjungi kawasan miskin terpencil di pegunungan, ia menggunakan helikopter.
Perempuan kelahiran 21 Oktober 1900 dan wafat tahun 1990 itu, lewat Yayasan Mae Fah Lung akhirnya bukan saja sukses mengembangkan Doi Tung, tetapi juga menjadikan Chiang Rai kawasan wisata yang sama menariknya dengan Chiang Mai.
Chiang Rai bersolek seperti Chiang Mei antara lain dengan membangun produk agroindustri, kerajinan, dan sejumlah bangunan yang menarik dikunjungi. Tengok saja candi baru Rong Khun.
Candi ini dirancang Chalermchai Kositpipat dan mulai dibangun tahun 1998. Berbeda dengan candi umumnya di Thailand, candi ini didominasi warna putih termasuk bagian kaca-kaca candi yang berwarna putih.
Mampirlah ke Hall of Opium di Kabupaten Chiang Saen yang dibangun tahun 2005. Dengan memanfaatkan teknologi canggih, Rumah Candu ini menjadi tempat wisata terbanyak dikunjungi dibanding tiga tempat wisata terpopuler di Chiang Rai.
Tempat menarik lainnya adalah Taman Budaya dan Seni Mae Fah Luang. Di atas taman seluas 21 hektar yang memiliki danau ini berdiri dua bangunan - Paviliun Emas (Haw Kham) dan Paviliun Kecil Emas (Haw Kham Noi).
Selain menjadi museum, taman yang direnovasi tahun 1985 ini menjadi taman konservasi budaya Lanna dari Kerajaan Lannathai dan enam suku pegunungan -- Karen, Hmong, Lahu, Mien, Akha dan Lisu. Di tempat ini kesenian dan hasil kerajinan Lanna dan suku-suku pegunungan itu digelar.
Taman ini tak bisa dipisahkan dengan Vila Kerajaan Doi Tung, Taman Mae Fah Luang, dan Hall of Inspiration. Suasana di ketiga lokasi ini semarak oleh ribuan bunga warna-warni.
Vila Kerajaan Doi Tung tak lain adalah museum yang dulu menjadi rumah kediaman Puteri Sangwan yang bergaya Swiss. Hall of Inspiration adalah tempat kenangan Keluarga Pangeran Mahidol.
Pangeran Mahidol adalah putera Raja Rama V dari Dinasti Chakri dan Ratu Savang Vadhana. Pangeran Mahidol menikah dengan Puteri Sangwan dan memiliki tiga anak. Mereka adalah Puteri Galyani Vadhana, Pangeran Ananda Mahidol atau Raja Rama VIII, dan Pangeran Bhumibol.
Selain menjadi taman di mana ratusan jenis bunga tumbuh, Taman Mae Fah Luang juga dijadikan sentra pembibitan bunga yang menjadi bagian hulu industri bunga di Chiang Rai. Sebelum menjadi taman, tempat ini adalah ladang candu.
Chiang Rai memiliki kawasan Pecinan, Santi Khiri di Doi Mae Salong, pegunungan Daen Rao Range, Kecamatan Mae Fah Luang. Penduduknya adalah orang-orang Cina keturunan pasukan Kuomintang Divisi 93, yang menyingkir dari Cina setelah ditumpas pasukan Komunis Cina tahun 1949.
Tempat menarik berikutnya adalah Golden Triangle (kawasan segitiga emas bekas ladang candu di perbatasan Myanmar dan Laos), di tepi Sungai Mekong. Di tempat ini pengunjung bisa melintas sungai menuju Laos dan Myanmar.
Di tepian sungai dibangun patung Budha berwarna emas dengan tinggi sekitar lima meter. Patung tersebut berada di atas perahu yang tak lain adalah tanah tinggi di bibir sungai.
Di tempat yang lebih rendah dibangun enam pataka Kerajaan Lannathai setinggi sekitar 10 meter. Keenam pataka berwarna emas. Di tengah pataka, berdiri dua patung gajah. Di depan kedua patung gajah, tampak patung Raja Mengrai bersila. Dari tempat itu, wisatawan bisa mengunjungi Air Terjun Tat Mok. Air terjun setinggi 70 meter ini menjadi wisata alam terindah di Chiang Rai.
Sumber: kompas.com
Jangan heran, sebab kedua wilayah ini dibangun oleh Raja Mengrai dari Kerajaan Lannathai. Ia meninggalkan banyak candi di kedua provinsi. Dengan kemampuannya berdiplomasi dan sikapnya yang terbuka serta suka berdamai, Mengrai menyatukan kekuatan raja-raja kecil di Thailand Utara. Dari kawasan inilah bangsa Thai mulai terbentuk.
Chiang Rai atau Kota Raja, menjadi ibukota pertama Kerajaan Lannathai. Tahun 1296, Mengrai memindahkan ibukota Lannathai ke Chiang Mai. Chiang Mai berarti Kota Baru. Karena keindahan kotanya, kota Chiang Rai dijuluki Mawar dari Utara. Agar terlindung dari serangan Kerajaan Burma (kini Negara Myanmar), dibangunlah tembok dan parit.
Tetapi pembangunan tembok dan parit yang mengelilingi ibukota itu sia-sia saat Kerajaan Lannathai melemah. Secara bergantian, kerajaan ini dikuasai Kerajaan Burma dan Ayutthaya sebelum akhirnya dikuasai Raja Taksin dari Kerajaan Siam.
Tahun 1980, Chiang Rai dikembangkan menjadi kawasan wisata.Tetapi tanggal 12 Februari lalu, selama lima hari, rombongan Badan Narkotika Nasional (BNN) termasuk sejumlah wartawan, memilih mengunjungi Chiang Rai.
Mereka datang melakukan studi banding mengubah kawasan ladang ganja terbesar di dunia yang berada di Aceh dan Sumatera Utara, menjadi kawasan wisata dan agroindustri.
Itulah yang dilakukan Puteri Sangwan atau Somdej Phra Srinagarindra Boromajajajonani, Ibunda Raja Thailand Bhumibol Adulyadej. Ia mampu mengubah ladang candu di Doi Tung, menjadi kawasan agrowisata dan pusat kerajinan. Doi Tung adalah bagian dari kawasan ladang candu Segitiga Emas di perbatasan Myanmar dan Laos.
Meski Chiang Rai baru dikembangkan sebagai kawasan wisata tahun 2000, tetapi kini pamornya tak kalah bersinar dengan Chiang Mai. Tidak seperti Chiang Mai yang lebih kaya dengan peninggalan masa lampau, saat Chiang Rai dikembangkan menjadi kawasan wisata, sebagian kawasan ini masih miskin dan menjadi ladang candu (opium). Sebagian pegunungan rusak karena praktek ladang candu yang berpindah.
Puteri Sangwan mengawali karyanya di Chiang Rai tahun 1988. Ia mengubah Doi Tung menjadi kawasan perkebunan kopi, kacang macademia, sentra kerajinan keramik, kertas, dan tenun. Ia dijuluki Mae Fah Luang yang artinya ibu suri raja yang turun dari langit. Julukan itu muncul karena saat mengunjungi kawasan miskin terpencil di pegunungan, ia menggunakan helikopter.
Perempuan kelahiran 21 Oktober 1900 dan wafat tahun 1990 itu, lewat Yayasan Mae Fah Lung akhirnya bukan saja sukses mengembangkan Doi Tung, tetapi juga menjadikan Chiang Rai kawasan wisata yang sama menariknya dengan Chiang Mai.
Chiang Rai bersolek seperti Chiang Mei antara lain dengan membangun produk agroindustri, kerajinan, dan sejumlah bangunan yang menarik dikunjungi. Tengok saja candi baru Rong Khun.
Candi ini dirancang Chalermchai Kositpipat dan mulai dibangun tahun 1998. Berbeda dengan candi umumnya di Thailand, candi ini didominasi warna putih termasuk bagian kaca-kaca candi yang berwarna putih.
Mampirlah ke Hall of Opium di Kabupaten Chiang Saen yang dibangun tahun 2005. Dengan memanfaatkan teknologi canggih, Rumah Candu ini menjadi tempat wisata terbanyak dikunjungi dibanding tiga tempat wisata terpopuler di Chiang Rai.
Tempat menarik lainnya adalah Taman Budaya dan Seni Mae Fah Luang. Di atas taman seluas 21 hektar yang memiliki danau ini berdiri dua bangunan - Paviliun Emas (Haw Kham) dan Paviliun Kecil Emas (Haw Kham Noi).
Selain menjadi museum, taman yang direnovasi tahun 1985 ini menjadi taman konservasi budaya Lanna dari Kerajaan Lannathai dan enam suku pegunungan -- Karen, Hmong, Lahu, Mien, Akha dan Lisu. Di tempat ini kesenian dan hasil kerajinan Lanna dan suku-suku pegunungan itu digelar.
Taman ini tak bisa dipisahkan dengan Vila Kerajaan Doi Tung, Taman Mae Fah Luang, dan Hall of Inspiration. Suasana di ketiga lokasi ini semarak oleh ribuan bunga warna-warni.
Vila Kerajaan Doi Tung tak lain adalah museum yang dulu menjadi rumah kediaman Puteri Sangwan yang bergaya Swiss. Hall of Inspiration adalah tempat kenangan Keluarga Pangeran Mahidol.
Pangeran Mahidol adalah putera Raja Rama V dari Dinasti Chakri dan Ratu Savang Vadhana. Pangeran Mahidol menikah dengan Puteri Sangwan dan memiliki tiga anak. Mereka adalah Puteri Galyani Vadhana, Pangeran Ananda Mahidol atau Raja Rama VIII, dan Pangeran Bhumibol.
Selain menjadi taman di mana ratusan jenis bunga tumbuh, Taman Mae Fah Luang juga dijadikan sentra pembibitan bunga yang menjadi bagian hulu industri bunga di Chiang Rai. Sebelum menjadi taman, tempat ini adalah ladang candu.
Chiang Rai memiliki kawasan Pecinan, Santi Khiri di Doi Mae Salong, pegunungan Daen Rao Range, Kecamatan Mae Fah Luang. Penduduknya adalah orang-orang Cina keturunan pasukan Kuomintang Divisi 93, yang menyingkir dari Cina setelah ditumpas pasukan Komunis Cina tahun 1949.
Tempat menarik berikutnya adalah Golden Triangle (kawasan segitiga emas bekas ladang candu di perbatasan Myanmar dan Laos), di tepi Sungai Mekong. Di tempat ini pengunjung bisa melintas sungai menuju Laos dan Myanmar.
Di tepian sungai dibangun patung Budha berwarna emas dengan tinggi sekitar lima meter. Patung tersebut berada di atas perahu yang tak lain adalah tanah tinggi di bibir sungai.
Di tempat yang lebih rendah dibangun enam pataka Kerajaan Lannathai setinggi sekitar 10 meter. Keenam pataka berwarna emas. Di tengah pataka, berdiri dua patung gajah. Di depan kedua patung gajah, tampak patung Raja Mengrai bersila. Dari tempat itu, wisatawan bisa mengunjungi Air Terjun Tat Mok. Air terjun setinggi 70 meter ini menjadi wisata alam terindah di Chiang Rai.
Sumber: kompas.com
0 Komentar untuk "Wisata di kawasan pegunungan Thailand Utara"
Note: Only a member of this blog may post a comment.