Perseteruan antara PSSI dengan LPI sepertinya tidak akan selesai, setelah 3 pekan kemarin Tim dan para pemain yang bergabung dalam LPI dihukum Oleh PSSI sekarang giliran wasit yang diberi sanksi tegas oleh PSSI. Seperti diketahui bahwa Tim yang membelot dari PSSI diganjar hukuman masuk ke Divisi I liga, sedangkan para pemain yang mengikuti LPI tidak diperbolehkan membela Tim Nasional Indonesia.
Sekarang nasib wasit LPI juga tidak jauh merugi, Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menetapkan hukuman terhadap 17 wasit yang bertugas di Liga Primer Indonesia (LPI), kegiatan sepak bola yang tidak tercantum dalam agenda resmi PSSI.
Dikutip dari situs resmi PSSI, hukuman yang dijatuhkan Komdis PSSI terhadap jajaran wasit yang sudah melanggar etika dengan bertugas pada kegiatan sepak bola yang tidak diakui oleh PSSI ini adalah, mencabut sertifikat atau lisensi sebagai wasit nasional C-1, serta C-2 dan C-3.
Mereka juga diputuskan tidak boleh melakukan aktifitas dalam kompetisi sepak bola di bawah naungan PSSI selama seumur hidup!. Mereka adalah jajaran perangkat pertandingan, seperti wasit, dua asisten wasit, serta wasit cadangan dan pengawas pertandingan yang bertugas di LPI seluruhnya berasal dari korps perwasitan PSSI.
Menurut PSSI sebagian dari mereka ada yang sudah memasuki usia pensiun, sebagian lagi adalah wasit-wasit yang berulangkali tidak lulus dari kursus-kursus perwasitan yang diikutinya, atau wasit yang pernah menjalani sanksi dari PSSI. Bambang Irianto, Direktur Perwasitan PSSI, memberikan pujian dan apresiasinya terhadap perangkat pertandingan yang tidak tergiur oleh iming-iming LPI, dengan tetap bersikap loyal pada PSSI.
Dia menyebut dua nama wasit ISL dari Malang, Djunaedi Effendi dan Sigit, serta tiga wasit Divisi Utama, Suwandi, Iwan Sukoco dan Joni. "Mereka memutuskan pindah ke Pengcab kabupaten Malang, karena tak ingin terlibat dalam kegiatan Persema Malang yang sudah dicoret dari keanggotaan PSSI," ungkap Direktur Perwasitan PSSI.
Yang disayangkan publik terhadap perseteruan 2 Organisasi yang menyelenggarakan sepakbola ini adalah nasib para pemain berbakat yang tidak mempunyai kesempatan untuk bisa mempersembahkan kredibilitasnya sebagai seorang pemain sepakbola di dunia Internasional. Jika mengutip apa yang sudah disampaikan oleh Menpora Andi Mallarangeng "semua orang yang menjadi warga negara Indonesia berhak memakai kostum dengan lambang Garuda di dadanya dan mewakili Merah Putih" jelas PSSI melanggar Hak warga negaranya!
Seharusnya PSSI mengupayakan jalan bagaimana supaya LPI mengantongi izin resmi dari FIFA, bukan menjadikan LPI sebagai musuh. Jika seperti ini terus nasib persepakbolaan Indonesia tidak ubah seperti dagelan-dagelan politik yang sering dipertontonkan di Negeri ini.
Sekarang nasib wasit LPI juga tidak jauh merugi, Komisi Disiplin (Komdis) PSSI menetapkan hukuman terhadap 17 wasit yang bertugas di Liga Primer Indonesia (LPI), kegiatan sepak bola yang tidak tercantum dalam agenda resmi PSSI.
Dikutip dari situs resmi PSSI, hukuman yang dijatuhkan Komdis PSSI terhadap jajaran wasit yang sudah melanggar etika dengan bertugas pada kegiatan sepak bola yang tidak diakui oleh PSSI ini adalah, mencabut sertifikat atau lisensi sebagai wasit nasional C-1, serta C-2 dan C-3.
Mereka juga diputuskan tidak boleh melakukan aktifitas dalam kompetisi sepak bola di bawah naungan PSSI selama seumur hidup!. Mereka adalah jajaran perangkat pertandingan, seperti wasit, dua asisten wasit, serta wasit cadangan dan pengawas pertandingan yang bertugas di LPI seluruhnya berasal dari korps perwasitan PSSI.
Menurut PSSI sebagian dari mereka ada yang sudah memasuki usia pensiun, sebagian lagi adalah wasit-wasit yang berulangkali tidak lulus dari kursus-kursus perwasitan yang diikutinya, atau wasit yang pernah menjalani sanksi dari PSSI. Bambang Irianto, Direktur Perwasitan PSSI, memberikan pujian dan apresiasinya terhadap perangkat pertandingan yang tidak tergiur oleh iming-iming LPI, dengan tetap bersikap loyal pada PSSI.
Dia menyebut dua nama wasit ISL dari Malang, Djunaedi Effendi dan Sigit, serta tiga wasit Divisi Utama, Suwandi, Iwan Sukoco dan Joni. "Mereka memutuskan pindah ke Pengcab kabupaten Malang, karena tak ingin terlibat dalam kegiatan Persema Malang yang sudah dicoret dari keanggotaan PSSI," ungkap Direktur Perwasitan PSSI.
Yang disayangkan publik terhadap perseteruan 2 Organisasi yang menyelenggarakan sepakbola ini adalah nasib para pemain berbakat yang tidak mempunyai kesempatan untuk bisa mempersembahkan kredibilitasnya sebagai seorang pemain sepakbola di dunia Internasional. Jika mengutip apa yang sudah disampaikan oleh Menpora Andi Mallarangeng "semua orang yang menjadi warga negara Indonesia berhak memakai kostum dengan lambang Garuda di dadanya dan mewakili Merah Putih" jelas PSSI melanggar Hak warga negaranya!
Seharusnya PSSI mengupayakan jalan bagaimana supaya LPI mengantongi izin resmi dari FIFA, bukan menjadikan LPI sebagai musuh. Jika seperti ini terus nasib persepakbolaan Indonesia tidak ubah seperti dagelan-dagelan politik yang sering dipertontonkan di Negeri ini.
0 Komentar untuk "Wasit LPI di Hukum PSSI"
Note: Only a member of this blog may post a comment.