Terapi rel kereta api akhir-akhir ini marak dilakukan oleh banyak orang, sejumlah warga di sekitar statsiun Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat berbondong-bondong melakukan terapi yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit walaupun belum ada pihak terkait yang melakukan penelitian mengenai terapi rel kereta api ini.
Pihak Dinas Kesehatan DKI Jakarta sendiri belum membenarkan bahwa terapi di atas rel kereta api bisa menyembuhkan penyakit bahkan mereka menganggap ini hanyalah mitos baru yang beredar di masyarakat yang harus di uji kebenarannya.
Tapi berdasarkan kesaksian beberapa warga yang sudah melakukan terapi ini, mereka membuktikan kalau ternyata penyakit yang mereka alami berangsur sembuh akibat terapi ini.
Alasan semakin banyak nya warga yang melakukan terapi di atas rel kereta api ini memang masih bisa diterima akal sehat, bahwa hantaran panas hasil dari daya listrik rel kereta api yang berpindah ke bagian tubuh bisa membuat peredaran darah menjadi lancar, mengontrol ritme jantung dan membuat kinerja otak lebih baik.
Cohen Kadosh, ahli syaraf dari Universitas Oxford, London bahkan pernah melakukan penelitian menggunakan metode daya lemah listrik ini. Dia mengembangkan teknik stimulasi otak yang disebut transcranial direct stimulation yang memberikan stimulasi listrik 1 miliamper pada bagian parietal lobe selama 20 menit setiap hari selama enam hari. Bagian ini merupakan daerah penting otak untuk pemahaman angka. Terapi ini memang tidak akan membuat orang secerdas Albert Eistein. Namun sebanyak 15 orang relawan terbukti mampu meningkatkan fungsi mental lainnya.
Terapi rel kereta api ini memang ampuh namun perlu juga diketahui berbagai resiko bahaya yang bisa ditimbulkannya, di antaranya:
Pihak Dinas Kesehatan DKI Jakarta sendiri belum membenarkan bahwa terapi di atas rel kereta api bisa menyembuhkan penyakit bahkan mereka menganggap ini hanyalah mitos baru yang beredar di masyarakat yang harus di uji kebenarannya.
Tapi berdasarkan kesaksian beberapa warga yang sudah melakukan terapi ini, mereka membuktikan kalau ternyata penyakit yang mereka alami berangsur sembuh akibat terapi ini.
Alasan semakin banyak nya warga yang melakukan terapi di atas rel kereta api ini memang masih bisa diterima akal sehat, bahwa hantaran panas hasil dari daya listrik rel kereta api yang berpindah ke bagian tubuh bisa membuat peredaran darah menjadi lancar, mengontrol ritme jantung dan membuat kinerja otak lebih baik.
Cohen Kadosh, ahli syaraf dari Universitas Oxford, London bahkan pernah melakukan penelitian menggunakan metode daya lemah listrik ini. Dia mengembangkan teknik stimulasi otak yang disebut transcranial direct stimulation yang memberikan stimulasi listrik 1 miliamper pada bagian parietal lobe selama 20 menit setiap hari selama enam hari. Bagian ini merupakan daerah penting otak untuk pemahaman angka. Terapi ini memang tidak akan membuat orang secerdas Albert Eistein. Namun sebanyak 15 orang relawan terbukti mampu meningkatkan fungsi mental lainnya.
Terapi rel kereta api ini memang ampuh namun perlu juga diketahui berbagai resiko bahaya yang bisa ditimbulkannya, di antaranya:
- Rawan terhadap kecelakaan (tersambar/tertabrak kereta api) dan polusi udara dari gas buang mesin lokomotif sangat buruk untuk kesehatan pernafasan.
- Hilir mudik kereta api yang melintas menimbulkan kebisingan sangat tinggi. Belum lagi jika akan melewati perlintasan dengan jalan raya, lokomotif akan membunyikan klakson yang bunyinya memekakkan telinga dan jika terjadi terus menerus bisa memicu gangguan pendengaran.
- Mesin lokomotif kereta api menggunakan komponen bahan semacam asbes yang dipakai sebagai pelapis (perpak) pada sambungan mesin bisa melepaskan partikel di sepanjang jalur kereta dan memicu sejenis kanker paru yakni mesothelioma.
- Beresiko menularkan berbagai penyakit oleh infeksi bakteri dari kotoran yang tercecer sepanjang rel kereta api.
Jadi berhati-hatilah jika ingin mencoba terapi rel kereta api, memang saat ini biaya pengobatan penyakit mahal namun akan lebih baik jika kita melakukan pengobatan yang tidak menimbulkan resiko berbahaya.
0 Komentar untuk "Terapi Rel Kereta Api Ampuh Namun Berbahaya"
Note: Only a member of this blog may post a comment.