Sabtu 15 Oktober, gerakan matikan HP Nasional sebagai protes pada pemerintah yang tak memberi solusi masalah SMS sedot pulsa akan serempak digelar. Dikutif langsung dari Voice Of Humanism berikut tuntutan protes pada Gerakan Matikan HP Nasional:
1. Bubarkan BRTI
Alasan: Alasannya karena BRTI dibentuk oleh Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Undang-undang dalam sebuah negara demokrasi poros utamanya adalah rakyat. Ini adalah basis dari pemikiran demokrasi yang disetujui oleh berbagai pihak. Karena porosnya rakyat maka harus berpihak pada rakyat, dalam hal ini konsumen ponsel. Pengaduan ke BRTI menurut laporan dari pihak BRTI sendiri sudah mencapai 9638 laporan. Tetapi masih terus berlanjut kasus-kasus tersebut. Di Singapura, seperti dibacakan oleh Karni Ilyas dalam acara JLC, pemerintah Singapura menjatuhkan sanksi denda senilai kurang lebih kalau dirupiahkan 700 juta kepada operator seluler, hanya karena apa? Hanya karena aduan dari 1 orang konsumen. Ini BRTI sudah ribuan aduan. Sudah cukup. BRTI pun dibiayai oleh APBN artinya uang rakyat. Maka, jika BRTI tidak bisa menuntaskan masalah rakyat berarti telah gagal. Maka kami serukan untuk bubarkan. Jika tidak ingin dibubarkan kerja yang baik. Ini masalah sebab-akibat. Hukum alam.
2. Luncurkan SIM Card bebas iklan
Alasan: Konsumen Indonesia membayar biaya pulsa bahkan lebih mahal dibandingkan dengan negara-negara lain. Kita tidak gratisan, bayar kok. Kenapa harus ada iklan lagi? Kecuali jika seperti layanan Google misalnya, di mana konsumen gratis dan tidak pernah membebankan biaya ke konsumennya di saat searching. Mereka hidup dari iklan. Ini kita bayar mahal tetapi harus ada iklan-iklan yang tidak perlu. Malangnya lagi, sudah tidak perlu nyedot pulsa lagi.
Masalah kebebasan untuk membuat content provider dengan alasan kreativitas anak bangsa silahkan saja, tetapi sajikan juga SIM Card yang bebas iklan. Konsumenlah yang pilih nantinya. Konsumen bisa memilih untuk menggunakan layanan bebas iklan atau menggunakan layanan yang beriklan tetapi dengan diberikan kompensasi. Persis kalau perusahaan memasang Billboard di titik iklan. Mereka bayar di titik itu dan tidak murah. Spot iklan ponsel di mana? Jelas di layar konsumen. Konsumen harusnya dapat kompensasi dari iklan-iklan yang diterimanya. Kenyataannya sudah tidak ada kompensasi, iklan seenaknya dewek, nyedot pulsa lagi. Ini namanya pengerukan kekayaan rakyat yang terselubung.
3. Matikan HP Anda pada tanggal 15 Oktober 2011 pukul 10.00 - 12.00 WIB
Alasan: Ini adalah semacam shock terapi. Dengan 2 jam kami sebagai konsumen ingin memberikan pelajaran bahwa konsumen jangan diremehkan. Kenapa tanggal 15 dan pukul 10.00 – 12.00 WIB? Tanggal 15 itu Sabtu dan jam itu bukan jam sibuk. Karena kami masih mempertimbangkan kepentingan konsumen. Tetapi jika tuntutan kami tidak digubris, maka akan diserukan lagi gerakan ini, tidak menutup kemungkinan nanti di peak hour atau seharian penuh.
Dampaknya apa? Shock terapinya adalah jika 2 jam konsumen ponsel mematikan HP-nya secara serentak, operator jelas akan kehilangan omset selama 120 menit. Per menitnya operator bisa untung banyak apalagi ini 120 menit. Apalagi jika 1 hari penuh.
Kenapa sasaran tembaknya operator? Karena Content Provider (CP) sebagai "tuyul pulsa" yang banyak dikeluhkan konsumen inangnya adalah operator. Berarti ada main mata antara CP dengan operator. Dan kini saling berlepas tangan. Maka kita serbu ke jantungnya, ke operator. Persis seperti demo anti kapitalisme di Wall Street sebagai jantung kapitalisme.
1. Bubarkan BRTI
Alasan: Alasannya karena BRTI dibentuk oleh Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Undang-undang dalam sebuah negara demokrasi poros utamanya adalah rakyat. Ini adalah basis dari pemikiran demokrasi yang disetujui oleh berbagai pihak. Karena porosnya rakyat maka harus berpihak pada rakyat, dalam hal ini konsumen ponsel. Pengaduan ke BRTI menurut laporan dari pihak BRTI sendiri sudah mencapai 9638 laporan. Tetapi masih terus berlanjut kasus-kasus tersebut. Di Singapura, seperti dibacakan oleh Karni Ilyas dalam acara JLC, pemerintah Singapura menjatuhkan sanksi denda senilai kurang lebih kalau dirupiahkan 700 juta kepada operator seluler, hanya karena apa? Hanya karena aduan dari 1 orang konsumen. Ini BRTI sudah ribuan aduan. Sudah cukup. BRTI pun dibiayai oleh APBN artinya uang rakyat. Maka, jika BRTI tidak bisa menuntaskan masalah rakyat berarti telah gagal. Maka kami serukan untuk bubarkan. Jika tidak ingin dibubarkan kerja yang baik. Ini masalah sebab-akibat. Hukum alam.
2. Luncurkan SIM Card bebas iklan
Alasan: Konsumen Indonesia membayar biaya pulsa bahkan lebih mahal dibandingkan dengan negara-negara lain. Kita tidak gratisan, bayar kok. Kenapa harus ada iklan lagi? Kecuali jika seperti layanan Google misalnya, di mana konsumen gratis dan tidak pernah membebankan biaya ke konsumennya di saat searching. Mereka hidup dari iklan. Ini kita bayar mahal tetapi harus ada iklan-iklan yang tidak perlu. Malangnya lagi, sudah tidak perlu nyedot pulsa lagi.
Masalah kebebasan untuk membuat content provider dengan alasan kreativitas anak bangsa silahkan saja, tetapi sajikan juga SIM Card yang bebas iklan. Konsumenlah yang pilih nantinya. Konsumen bisa memilih untuk menggunakan layanan bebas iklan atau menggunakan layanan yang beriklan tetapi dengan diberikan kompensasi. Persis kalau perusahaan memasang Billboard di titik iklan. Mereka bayar di titik itu dan tidak murah. Spot iklan ponsel di mana? Jelas di layar konsumen. Konsumen harusnya dapat kompensasi dari iklan-iklan yang diterimanya. Kenyataannya sudah tidak ada kompensasi, iklan seenaknya dewek, nyedot pulsa lagi. Ini namanya pengerukan kekayaan rakyat yang terselubung.
3. Matikan HP Anda pada tanggal 15 Oktober 2011 pukul 10.00 - 12.00 WIB
Alasan: Ini adalah semacam shock terapi. Dengan 2 jam kami sebagai konsumen ingin memberikan pelajaran bahwa konsumen jangan diremehkan. Kenapa tanggal 15 dan pukul 10.00 – 12.00 WIB? Tanggal 15 itu Sabtu dan jam itu bukan jam sibuk. Karena kami masih mempertimbangkan kepentingan konsumen. Tetapi jika tuntutan kami tidak digubris, maka akan diserukan lagi gerakan ini, tidak menutup kemungkinan nanti di peak hour atau seharian penuh.
Dampaknya apa? Shock terapinya adalah jika 2 jam konsumen ponsel mematikan HP-nya secara serentak, operator jelas akan kehilangan omset selama 120 menit. Per menitnya operator bisa untung banyak apalagi ini 120 menit. Apalagi jika 1 hari penuh.
Kenapa sasaran tembaknya operator? Karena Content Provider (CP) sebagai "tuyul pulsa" yang banyak dikeluhkan konsumen inangnya adalah operator. Berarti ada main mata antara CP dengan operator. Dan kini saling berlepas tangan. Maka kita serbu ke jantungnya, ke operator. Persis seperti demo anti kapitalisme di Wall Street sebagai jantung kapitalisme.
0 Komentar untuk "Dukung Gerakan Matikan HP Nasional"
Note: Only a member of this blog may post a comment.